"Ratusan tulisan dan pidatonya
mampu menghidupkan ruh baru dalam diri ummat. Seolah-olah beliau dipilih Allah
SWT untuk menegakkan kembali kewajiban yang telah dilupakan sebagian besar ummat
Islam, yaitu jihad." Demikian komentar DR Dahba Zahely, cendekiawan Muslim
Malaysia tentang DR Abdullah Azzam. Komentar senada juga datang dari cendekiawan
dan ulama dari berbagai negara.
Sesungguhnya, Abdullah Azzam bukan
hanya sosok mujahid di atas kertas dan podium, tetapi juga seorang mujahid yang
gagah berani di medan tempur. Ia lahir dan besar di negeri penuh konflik,
Palestina. Sejak kecil sudah dikenal sebagai anak yang pintar dan tegas. Sebelum
usia akil baliq, ia sudah bergabung dengan Ikwanul Muslimin. Pada usia 20-an,
bersama para pemuda Palestina ia sudah berani melawan Israel yang memiliki
persenjataan canggih. Keterlibatannya langsung bertempur melawan zionis Israel,
membangitkan semangatnya untuk belajar berbagai hal tentang perang.
membangitkan semangatnya untuk belajar berbagai hal tentang perang.
Tidak hanya melawan Israel, tokoh
kelahiran tahun l941 ini juga bertempur membantu pejuang Mujahiddin Afghanistan
ketika mengusir tentara Uni Sovyet. Itu dilakukan setelah ia menyelesaikan
program doktor di Universitas Al Azhar Mesir. Mulanya ia mengajar di Universitas
Islam Antarbangsa di Islamabad Pakistan. Tetapi bau harum darah para syuhada
Mujahiddin begitu kuat menggodanya. Akhirnya ia memutuskan bergabung dengan para
pejuang Mujahiddin yang berlaga melawan Tentara Merah. Ia banyak belajar tentang
jihad kepada para tokoh Mujahidin. Dan juga sebaliknya, para tokoh Mujahidin
juga banyak belajar darinya. Abdullah Azzam menjadi seorang yang disegani di
arena jihad Afghanistan, disamping para pemimpin Afghan sendiri.
Pada tahun 1980 ia pindah ke
Peshawar. Di sana ia mendirikan Baitul Anshar, sebuah lembaga yang menghimpun
bantuan untuk para mujahid Afghan. Ia juga menerbitkan sebuah media Ummah Islam.
Lewat majalah inilah ia menggedor kesadaran ummat tentang jihad. Katanya, jihad
di Afghan adalah tuntutan Islam dan menjadi tanggung jawab ummat Islam di
seluruh dunia. Seruannya itu tidak sia-sia. Jihad di Afghan berubah menjadi
jihad universal yang diikuti oleh seluruh ummat Islam di pelosok dunia.
Pemuda-pemuda Islam dari seluruh dunia yang terpanggil oleh fatwa-fatwa Abdullah
Azzam, bergabung dengan para mujahidin Afghan.
Jihad di Afghanistan telah menjadikan
Abdullah Azzam sebagai tokoh pergerakan jihad zaman ini. Ia menjadi idola para
mujahid muda. Peranannya mengubah pemikiran ummat Islam akan pentingnya jihad di
Afghanistan telah membuahkan hasil yang sangat mengagumkan. Uni Sovyet sebagai
negara Adidaya harus pulang dengan rasa malu, karena tidak berhasil menduduki
Afghanistan.
Abdullah Azzam telah berhasil
meletakkan pondasi jihad di hati kaum muslimin. Penghargaannya terhadap jihad
sangat besar. "Aku rasa seperti baru berusia 9 tahun, 7 setengah tahun jihad di
Afghan, 1 setengah tahun jihad di Palestina dan tahun-tahun yang selebihnya
tidak bernilai apa-apa," katanya pada seuatu ketika. Ia juga mengajak
keluarganya memahami dan memiliki semangat yang sama dengan dirinya. Isterinya
menjadi pengasuh anak-anak yatim dan pekerja sosial di Afghanistan.
Komitmen Abdullah Azzam terhadap
Islam sangat tinggi. Jihad sudah menjadi filosifi hidupnya. Sampai akhir
hayatnya, ia tetap menolak tawaran mengajar di beberapa universitas. Ia berjanji
terus berjihad sampat titik darah penghabisan. Mati sebagai mujahid itulah
cita-citanya. Wajar kalau kemudian pada masa hidupnya dialah tokoh rujukan
ummat dalam hal jihad. Fatwa-fatwanya tentang jihad selalu dinanti-nantikan kaum
muslimin.
Tentu saja komitmen yang begitu besar
itu telah menimbulkan keresahan di kalangan musuh-musuh Islam. Beberapa kali
Abdullah Azzam menerima cobaan pembunuhan. Sampai akhirnya pada Jum'at, 24
November 1989. Tiga buah bom yang sengaja dipasang di gang yang biasa di lewati
Abdullah Azzam, meledak ketika ia memarkir kendaraan untuk shalat jum'at. Sheik
Abdullah bersama dua orang anak lelakinya, Muhammad dan Ibrahim, meninggal
seketika. Kendaraan Abdullah Azzam hancur berantakan. Anaknya, Ibrahim,
terlempar 100 meter; begitu juga dengan lainnya. Tubuh mereka juga hancur. Namun
keanehan terjadi pada Sheikh Abdullah Azzam. Tubuhnya masih utuh bersandar pada
sebuah tembok. Hanya sedikit darah yang mengalir dari bibirnya. Dalam peristiwa
itu juga terbunuh anak lelaki al-marhum Sheikh Tamim Adnani (seorang perwira di
Afghan). Sungguh beruntung orang-orang yang beriman dan beramal shaleh
mendapatinya dengan wafat secara mendadak.
Kini Abadullah Azzam memang telah
pulang ke rahmatullah, tetapi fatwa-fatwanya tetap hidup sepanjang masa. Cobalah
renungi fatwanya berikut ini:
"Wahai kamu, anak-anak Islam!
Biasakan dirimu dengan kebisingan bom-bom, peluru mortir dan pekikan senapan dan
tank. Jauhilah kemewahan."
"Wahai kaum Muslimin, berimanlah
dengan apa yang diimani oleh generasi pertama umat Islam, amalkan kebaikan, baca
dan hafalkan al-Qur'an. Berhati-hatilah dengan apa yang kau katakan. Shalatlah
pada malam hari, amalkan puasa sunat, carilah teman pergaulan yang baik dan
ikutlah dalam pergerakan Islam."
"Ketahuilah bahwa pemimpin pergerakan
tiada punya kuasa atas kamu untuk menghalangi kamu berjihad, atau mencegah kamu
meninggalkan jihad demi menyebarkan dakwah, lantas menjauhkan kamu dari medan
perang... Jangan sekali-kali minta pembenaran (lagi) kepada siapapun tentang
jihad, sebab kebenarannya sudah pasti."
"Jihad tidak boleh ditinggalkan,
karena Allah sendiri mengatakan bahwa jihad itu ibadah. Orang yang istiqomah
berjihad diangkat tinggi derajatnya oleh Allah. Jihad adalah membebaskan manusia
dari penindasan. Jihad itu melindungi martabat kita dan memperbaiki dunia. Jihad
adalah jalan kemuliaan yang kekal."
0 komentar :
Posting Komentar