Ia adalah orang yang pertama kali mengumandangkan Al-Qur'an
dengan suara merdu.
Sebelum Rasulullah masuk kerumah Arqam, Abdullah bin Mas'ud
telah beriman kepadanya dan merupakan orang keenam yang masuk Islam dan
mengikuti Rasulullah SAW. Dengan demikian, ia termasuk golongan pertama yang
masuk Islam.
Pertemuannya yang mula-mula dengan Rasulullah itu
diceritakannya sebagi berikut:
"Ketika itu saya masih remaja, mengembalakan kambing kepunyaan
'Uqbah bin Mu'aith. Tiba-tiba datang Nabi Muhammad SAW bersama Abu bakar, dan
bertanya, "Hai nak, apakah kamu punya susu untuk minuman kami? "Aku orang
kepercayaan," ujarku, "dan tak dapat memberi anda minuman...!"
Maka sabda Nabi SAW, "Apakah kamu punya kambing betina mandul yang belum dikawini oleh yang jantan...?" "Ada," ujarku. Lalu saya bawa ia kepada mereka. Kambing itu diikat kakinya oleh Nabi lalu di sapu susunya sambil memohon kepada Allah SWT. Tiba-tiba susu itu berair banyak, kemudian Abu Bakar mengambilkan sebuah batu cembung yang di gunakan Nabi untuk menampungan perahan susu. Lalu Abu bakar minumlah dan saya pun tidak ketinggalan... setelah itu, Nabi menitahkan kepada susu, "Kempislah!" maka susu itu menjadi kempis...
Maka sabda Nabi SAW, "Apakah kamu punya kambing betina mandul yang belum dikawini oleh yang jantan...?" "Ada," ujarku. Lalu saya bawa ia kepada mereka. Kambing itu diikat kakinya oleh Nabi lalu di sapu susunya sambil memohon kepada Allah SWT. Tiba-tiba susu itu berair banyak, kemudian Abu Bakar mengambilkan sebuah batu cembung yang di gunakan Nabi untuk menampungan perahan susu. Lalu Abu bakar minumlah dan saya pun tidak ketinggalan... setelah itu, Nabi menitahkan kepada susu, "Kempislah!" maka susu itu menjadi kempis...
Setelah peristiwa itu saya mendatangi Nabi, kataku, "Ajarkanlah
kepadaku kata-kata tersebut!" Ujar Nabi SAW, " Engkau akan menjadi seorang anak
yang terpelajar!"
Alangkah heran dan ta'jubnya Ibnu Mas'ud ketika menyaksikan
seorang hamba Allah yang shalih dan utusan-Nya yang di percaya memohon kepada
Tuhannnya sambil menyapu ke susu hewan yang belum pernah berair selama ini,
tiba-tiba mengeluarkan kurnia dan rizqi dari Allah berupa air susu murni yang
enak buat di minum...!
Bahkan pada saat itu juga belum di ketahuinya, bahwa yang
dirinya sendiri yang ketika itu masih seorang remaja yang lemah lagi miskin,
yang menerima upah sebagai pengembala kambing milik 'uqbah bin Mu'aith, akan
muncul sebagai salah satu dari mu'jizat ini, yang setelah di tempa oleh Islam
akan menjadi seorang beriman, dan akan mengalahkan kesombongan orang-orang
Quraisy dan menaklukan kesewenangan para pemukanya.
Maka ia, yang selama ini tidak berani lewat dihadapan salah
seorang pembesar Quraisy kecuali dengan menjingkatkan kaki dan menundukan
kepala, di kemudian hari setelah masuk Islam, ia tampil di didepan para majlis
para bangsawan si sisi Ka'bah, sementara semua pemimpin dan pemuka Quraisy duduk
berkumpul, lalu berdiri di hadapan mereka dan mengumandangkan suaranya yang
merdu dan membangkitkan minat, berisikan wahyu Illahi Al-Qur'anul Karim:
"Bismillahirrahmaanirrahiim...
Allah yang Maha Rahman...
Yang telah mengajarkan Al-Qur'an...
Menciptakan insan...
Dan menyampaikan padanya penjelasan...
Matahari dan bulan beredar menurut...
Perhitungan...
Sedang bintang dan kayu-kayuan sama...
Sujud kepada Tuhan...
Allah yang Maha Rahman...
Yang telah mengajarkan Al-Qur'an...
Menciptakan insan...
Dan menyampaikan padanya penjelasan...
Matahari dan bulan beredar menurut...
Perhitungan...
Sedang bintang dan kayu-kayuan sama...
Sujud kepada Tuhan...
Lalu di lanjutkannya bacaanya, sementara pemuka-pemuka Quraisy
sama terpesona, tidak percaya akan pandangan mata dan pendengaran telinga
mereka... dan tak tergambar dalam fikiran mereka bahwa orang yang menantang
kekuasaan dan kesombongan mereka..., tidak lebih dari seorang upahan di antara
mereka, dan pengembala kambing dari salah seorang bangsawan Quraisy... yaitu
Abdullah bin Mas'ud, seorang yang miskin yang hina dina...!
Marilah kita dengan keterangan dari saksi mata melukiskan
peristiwa yang amat manarik dan mena'jubkan itu! Orang itu tiada lain dari
Zubair r.a. katanya:
"Yang mula-mula menderas Al-Qur'an di Mekah setelah Rasulullah
SAW adalah Abdullah bin Mas'ud r.a. pada suatu hari para sahabat Rasulullah SAW
berkumpul, kata mereka, "Demi Allah orang-orang Quraisy belum lagi mendengar
sedikitpun Al-Qur'an ini di baca dengan suara keras di hadapan mereka. Nah,
siapa diantara kita yang bersedia mendengarkannya kepada mereka...?"
Maka kata Abdullah bin Mas'ud, "Saya." Kata mereka, "Kami
khawatir akan keselamatan dirimu! Yang kami inginkan adalah seorang laki-laki
yang mempunyai kerabat yang akan mempertahankan dari orang-orang itu jika mereka
bermaksud jahat..." "Biarkanlah saya!"kata Abdullah bin Mas'ud pula, "Allah
pasti membela."
Maka datanglah Abdullah bin Mas'ud kepada kaum Quraisy di waktu
Dhuha, yakni ketika mereka berada di balai pertemuannya... Ia berdiri di
panggung lalu membaca "Bismillahirrahmaanirrahiimi" dan dengan mengeraskannya
suaranya; Arrahman...'allamal Qur'an...
Lalu sambil menghadap kepada mereka di terusksanlah bacaannya. Mereka memperhatikannya sambil bertanya sesamanya, "Apa yang di baca oleh anak si Ummu'Abdin itu...? Sungguh, yang dibacanya itu ialah yang dibaca oleh Muhammad!"
Lalu sambil menghadap kepada mereka di terusksanlah bacaannya. Mereka memperhatikannya sambil bertanya sesamanya, "Apa yang di baca oleh anak si Ummu'Abdin itu...? Sungguh, yang dibacanya itu ialah yang dibaca oleh Muhammad!"
Mereka bangkit mendatanginya dan memukulinya, sedang Abdullah
bin Mas'ud membacanya sampai batas yang di kehendaki Allah... Setelah itu dengan
muka dan tubuh yang babak belur ia kembali kapada para sahabat. Kata mereka,
"Inilah yang kami khawatirkan tentang dirimu...!" Ujar Abdullah bin Mas'ud,
"Sekarang ini tak ada yang lebih mudah bagiku dari menghadapi musuh-musuh Allah
itu! Dan seandainya tuan-tuan menghendaki, saya akan mendatangi mereka lagi dan
berbuat yang sama esok hari...!" Ujar mereka, "Cukuplah demikian! Kamu telah
membacakan kepada mereka barang yang menjadi tabu bagi mereka!"
Benar, pada saat Abdullah bin Mas'ud tercengang melihat susu
kambing tiba-tiba berair sebelum waktunya, belum menyadari bahwa ia bersama
kawan-kawan senasib dari golongn miskin tidak berpunya, akan menjadi salah satu
mu'jizat besar dari Rasulullah saw, yakni ketika mereka bangkit memanggul
panji-panji Allah dan menguasai dengannya cahaya siang dan sinar matahari. Tidak
di ketahuinya bahwa saat itu telah dekat... Kiranya secepat itu hari datang dan
lonceng waktu telah berdentang, anak remaja buruh miskin dan terlunta-lunta
serta merta menjadi suatu mu'jizat di antara berbagai mu'jizat Rasulullah SAW
...!
Dalam kesibukan dan perpacuan hidup, tiadalah ia akan menjadi
tumpuan mata... Bahkan di daerah yang jauh dari kesibukan pun juga tidak...! Tak
ada tempat baginya di kalangan hartawan, begitupun di dalam lingkungan ksatria
yang gagah perkasa, atau dalam deretan orang-orang yang berpengaruh.
Dalam soal harta, ia tak punya apa-apa, tentang perawakan ia
kecil dan kurus, apalagi dalam soal pengaruh, maka derajatnyapun di bawah...
tapi sebagai ganti dari kemiskinnaya itu, Islam telah memberinya bagian yang
melimpah dan perolehan yang cukup dari perbendaharaan Kisra dan simpanan Kaisar.
Dan sebagai imbalan dari tubuh yang kurus dan jasmani yang lemah, di
anugerahi-Nya kemauan baja yang dapat menundukan para adikara dan ikut mengambil
bagian dalam merubah jalan sejarah. Dan untuk mengimbangi nasibnya yang tersia
terlunta-lunta, Islam telah melimpahnya ilmu pengetahuan, kemuliaan, serta
ketetapan yang menampilkannya sebagai salah seorang tokoh terkemuka dalam
sejarah kemanusiaan.
Sungguh, tidak meleset kiranya pandangan jauh Rasulullah SAW
ketika beliau mengatakan padanya, "Kamu akan menjadi seorang pemuda terpelajar."
Ia telah di beri pelajaran oleh Tuhannya hingga menjadi faqih atau ahli hukum
ummat Muhammad saw, dan tulang punggung para huffadh Al-Qur'anul Karim.
Mengenai dirinya ia pernah mengatakan, "Saya telah menampung 70
surat Al Qur'an yang dengan langsung dari Rasulullah saw tiada seorang pun yang
menyaingiku dalam hal ini..."
Dan rupanya Allah SWT memberinya anugerah atas keberaniannya
mempertaruhkan nyawa dalam mengumandangkan Al-Qur'an secara terang-terangkan dan
menyebarluaskannya di segenap pelosok kota Mekah di saat siksaan dan penindasan
merajalela, maka di anugerahi-Nya bakat istimewa dalam membawakan bacaan
Al-Qur'an dan kemampuan luar biasa dalam memahami arti dan maksudnya.
Rasulullah saw telah memberi wasiat kepada para sahabat agar
mengambil Abdullah bin Mas'ud sebagai teladan, sabda Rasulullah SAW,
"Berpegangteguhlah pada kepada ilmu yang diberikan oleh ibnu ummi 'Abdin...!
Diwashiatkannya pula agar mencontoh bacaannya, dan mempelajari
cara membaca Al-Qur'an dari padanya. Sabda Nabi SAW, "Barang siapa yang ingin
hendak membaca Al Qur'an tepat seperti di turunkan, hendaklah ia membacanya
seperti Ibnu Ummi 'Abdin...!"
Sungguh, telah lama Rasulullah menyenangi bacaan Al-Qur'an dari
mulut Ibnu Mas'ud...
Pada suatu hari ia memanggilnya sabdanya, "Bacakanlah kepadaku,
hai Abdullah!"
"Haruskah aku membacakannya pada anda, wahai Rasulullah...?"
Jawab Rasulullah, "Saya ingin mendengarnya dari mulut orang lain."
"Haruskah aku membacakannya pada anda, wahai Rasulullah...?"
Jawab Rasulullah, "Saya ingin mendengarnya dari mulut orang lain."
Maka Ibnu Mas'ud pun membacanya di mulai dari surat An-Nisa
hingga pada sampai firman Allah ta'ala, "Maka betapa jadinya bila Kami
jadikan dari setiap ummat itu seorang saksi, sedangkan kamu Kami jadikan sebagai
saksi bagi mereka...! Ketika orang-orang kafir yang mendurhakai Rasulullah SAW
sama berharap kiranya mereka disama ratakan dengan bumi...! Dan mereka tidak
dapat merasahasiakan pembicaraan dengan Allah...!" (Q. S. An-Nisa:
41-42)
Maka Rasulullah SAW tak dapat menahan tangisnya, air matanya
meleleh dan dengan tangannya di isyaratkan kepada Ibnu Mas'ud yang maksudnya,
"Cukup..., cukuplah sudah, hai Ibnu Mas'ud...!"
Suatu ketika pernah pula Ibnu Mas'ud menyebut-nyebut karunia
Allah kepadanya, katanya, "Tidak suatu pun dari Al-Qur'an itu yang di turunkan,
kecuali aku mengetahui mengenai peristiwa apa yang di turunkannya. Dan tidak
seorangpun yang lebih mengetahui tentang Kitab Allah daripadaku. Dan sekiranya
aku tahu ada seseorang yang dapat di capai dengan berkendaraan unta dan ia lebih
tahu tentang Kitabullah daripadaku, pastilah aku akan menemuinya. Tetapi aku
bukanlah yang terbaik di antaramu!"
Keistimewaan Ibnu Mas'ud ini telah diakui oleh para sahabat.
Amirul Mu'minin, Umar, berkata mengenai dirinya, "Sungguh ilmunya tentang fiqih
berlimpah-limpah."
Dan berkata Abu Musa Al Qur'an-Asy'ari, "Jangan tanyakan kepada
kami sesuatu masalah selama kyai ini berada pada tuan-tuan!"
Tidak hanya keunggulannya dalam Al-Qur'an dan ilmu fiqih saja
yang patut beroleh pujian, tetapi juga keunggulannya dalam keshalihan dan
ketakwaan.
Berkata Hudzaifah tentang dirinya, "Tidak seorangpun saya lihat
yang lebih mirip Rasulullah saw baik dalam cara hidup, perilaku dan ketenangan
jiwanya, dari pada Ibnu Mas'ud... dan orang-orang yang di kenal dari
sahabat-sahabat Rasulullah saw sama mengetahui bahwa puteranya dari Ummi 'Abdin
adalah yang paling dekat kepada Allah...!"
Pada suatu hari serombongan sahabat berkumpul pada Ali
Karamullahu Wajhah (semoga allah memuliakan wajah atau dirinya), lalu kata
mereka kepadanya, "Wahai Amirul Mu'minin, kami tidak melihat orang yang lebih
berbudi pekerti, lebih lemah lembut dalam mengajar, begitupun yang lebih baik
pergaulannya, dan lebih shalih dari pada Abdullah bin Mas'ud...!" Ujar Ali,
"Saya minta tuan-tuan bersaksi kepada Allah, apakah ini betul-betul tulus dari
hati tuan-tuan...?" "Benar," ujar mereka.
Kata Ali pula, "Ya Allah, saya mohon Engkau menjadi
saksinya,bahwa saya berpendapat mengenai dirinya seperti apa yang mereka katakan
itu, atau lebih baik dari itu lagi... Sungguh, telah di bacanya Al Qur'an, maka
dihalalkannya barang yang halal dan di haramkannya barang yang haram..., seorang
yang ahli dalam soal keagamaan dan luas ilmunya tentang as-Sunnah...!"
Suatu ketika para sahabat memperkatakan pribadi Abdullah bin
Mas'ud, kata mereka, "Sungguh, sementara kita terhalang, ia diberi restu, dan
sementara kita bepergian, ia menyaksikan (tingkah laku Rasulullah SAW)..."
Maksud mereka ialah bahwa Abdullah bin Mas'ud beruntung
mendapat kesempatan berdekatan dengan Rasulullah saw, suatu hal yang jarang di
dapat oleh orang lain. Ia lebih sering masuk kerumah Rasulullah SAW dan menjadi
teman duduknya. Dan lebih-lebih lagi ia ialah tempat Rasulullah SAW menumpahkan
keluhan dan mempercayakan rahasianya, hingga ia di beri gelar "Peti
Rahasia."
Berkata Abu Musa Al-Qur'an-Asy'ari, "Sungguh setiap saya
melihat Rasulullah saw, pastilah Ibnu Mas'ud berada menyertainya..."
Adapun yang menjadi sebab ialah karena Rasulullah SAW amat
menyayanginya, terutama keshalihan dan kecerdasannya serta kebesaran jiwanya,
hingga Rasulullah SAW pernah bersabda mengani dirinya, "Seandainya saya hendak
mengangkat seseorang sebagai amir tanpa musyawarat dengan kaum muslimin,
tentulah yang saya angkat itu Ibnu Ummi 'Abdin..."
Dan telah kita kemukakan wasiat Rasulullah SAW kepada para
sahabatnya, "Berpegang teguhlah kepada ilmu Ibnu Ummi 'Abdun!"
Maka kesayangan dan kepercayaan ini memungkinkannya untuk
bergaul rapat dengan Rasulullah saw, hingga ia beroleh hak yang tidak di
berikannya kepada orang lain, bersabda Rasulullah SAW kepadanya, "Saya idzinkan
kamu bebas dari tabir hijab...!"
Ini merupakan lampu hijau bagi Ibnu Mas'ud untuk masuk rumah
Rasulullah saw dan pintunya senantiasa terbuka baginya, biar siang maupun malam,
dan inilah yang pernah di perkatakan oleh para sahabat , "Sementar kita
terhalang, ia di beri izin, dan sementara kita bepergian, ia menyaksikan..."
Dan memang Ibnu Mas'ud banyak untuk memeproleh keistimewaan
ini... Karena walupun pergaulan rapat seperti ini akan memberikan padanya
keuntungan, tetapi Ibnu Mas'ud hanya bertambah khusu', tambah hormat dan sopan
santun...
Mungkin gambar yang melukiskan akhlaknya secara tepat, ialah
sikapnya ketika menyampaikan hadith dari Rasulullah SAW setelah beliau wafat.
Walaupun ia jarang menyampaikan hadits dari Rasulullah SAW, tetapi kita lihat
setiap ia menggerakan kedua bibirnya untuk mengatakan, "Saya dengar Rasulullah
saw menyampaikan hadits dan bersabda...," maka tubuhnya gemetar dengan amat
sangat, dan ia tampak gugup dan gelisah. Sebabnya tiada lain karena takutnya
akan alpa, hingga bersalah menaruh kata di tempat yang lain...!
Marilah kita dengarkan kawan-kawanya melukiskan gejala-gejala
ini! Berkatalah 'Amar bin Maimun:
"Saya bolak-bolak kerumah Abdullah bin Mas'ud ada setahun
lamanya, dan selama itu tak pernah saya dengar ia menyampaikan hadits dari
Rasulullah SAw, kecuali sebuah hadits yang di sampaikannya pada suatu hari. Dari
mulutnya mengalir ucapan: 'Telah bersabda Rasulullah SAW, tiba-tiba ia kelihatan
gelisah hingga tanpak keringat bercucuran dari keningnya.' Kemudian katanya
megulangi kata-kata yang tadi, 'Kira-kira demikianlah disabdakan oleh Rasulullah
SAW...'"
Dan bercerita Al-Qamah bin Qais:
Biasanya Abdullah bin Mas'ud berpidato setiap hari Kamis sore menyampaikan Hadits. Tidak pernah saya dengar ia mengucapkan, "Telah bersabda Rasulullah SAW," kecuali satu kali saja... disaat itu saya melihat ia bertelekan tongkat, dan tongkatnya itupun bergetar dan bergerak-gerak..."
Biasanya Abdullah bin Mas'ud berpidato setiap hari Kamis sore menyampaikan Hadits. Tidak pernah saya dengar ia mengucapkan, "Telah bersabda Rasulullah SAW," kecuali satu kali saja... disaat itu saya melihat ia bertelekan tongkat, dan tongkatnya itupun bergetar dan bergerak-gerak..."
Dan di ceritakan pula oleh Masruq mengenai Abdullah
ini:
"Pada suatu hari Ibnu Mas'ud menyampaikan sebuah Hadits, katanya, "Saya dengar Rasulullah SAW..." Tiba-tiba ia jadi gemetar, dan pakainnya bergetar pula... kemudian katanya, "Atau kira-kira demikian..., atau kira-kira seperti itulah..."
"Pada suatu hari Ibnu Mas'ud menyampaikan sebuah Hadits, katanya, "Saya dengar Rasulullah SAW..." Tiba-tiba ia jadi gemetar, dan pakainnya bergetar pula... kemudian katanya, "Atau kira-kira demikian..., atau kira-kira seperti itulah..."
Nah, sampai sejauh inilah ketelitian, penghormatan dan
penghargaannya kepada Rasulullah SAW... disamping menjadi bukti ketaqwaannya,
ketelitian, dan penghormatannya ini merupakan tanda kecerdasannya...!
Orang yang lebih banyak bergaul dengan Rasulullah SAW,
penilaiannya tehadap kemuliaan Rasulullah SAW lebih tepat... dan itulah sebabnya
adab sopan santunnya terhadap Rasulullah saw ketika beliau masih hidup,
begitupun kenangan kepada beliau setelah wafatnya, merupakan adab sopan santun
satu-satunya dan tak ada duanya...!
Ibnu Mas'ud tak hendak berpisah dari Rasulullah saw baik di
waktu bermukim maupun di waktu bepergian. Ia telah turut mengambil bagian dalam
setiap peperangan dan pertempuran. Dan peranannya dalam perang badar
meninggalkan kenangan yang tak dapat di lupakan, yakni rubuhnya Abu Jahal oleh
tebusan pedang kaum muslimin pada hari yang keramat itu...
Khalifah-khalifah dan para sahabat Rasulullah SAW mangakui
kedudukannya ini, hingga ia diangkat oleh Amirul Mu'minin Umar sebagai
Bendaharawan di kota Kufah. Kepada penduduk waktu mengirimnya itu
mengatakan:
"Demi Allah yang tiada Tuhan mealinkan dia , sungguh saya lebih
mementingkan tuan-tuan dari pada diriku, maka ambilah dan pelajarilah ilmu dari
padanya...!"
Dan penduduk Kufah telah mencintainya, suatu hal yang belum
pernah di peroleh orang-orang sebelumnya, atau orang yang setaraf dengannya...
Sungguh, kebulatan penduduk Kufah untuk mencintai seseorang, merupakan suatu hal
yang mirip dengan mu'jizat... sebabnya ialah karena mereka biasa menentang dan
memberontak, mereka tidak tahan menghadapi hidangan yang serupa..., dan tidak
mampu hidup selalu dalam aman tenteram...!
Dan karena kecintaan mereka kepadanya demikian rupa,
sampai-sampai mereka mengerumuni dan mendesaknya sewaktu ia hendak di
perhentikan oleh Khlaifah Utsman r.a dari jabatannya, kata mereka, "Tetaplah
anda tinggal bersama kami di sini dan jangan pergi, dan kami bersedia membela
anda dari mala petaka yang menimpa anda!"
Tetapi dengan kalimat yang menggambarkan kebesaran jiwa dan
ketaqwaannya, Ibnu Mas'ud menjawab, katanya, "Saya harus taat kepadanya, dan
dibelakang hari akan timbul fitnah, dan saya tak ingin menjadi orang yang
mula-mula membukakan pintunya...!"
Pendirian mulia dan terpuji ini mengungkapkan kepada kita
hubungan Ibnu Mas'ud dengan khalifah Utsman r.a. Di antara mereka telah terjadi
perdebatan dan perselisihan yang makin lama makin sengit, hingga gaji dan
tunjangan pensiunannya di tahan dari baitulmal. Walau demikian, tidak sepatah
kata pun yang tidak baik, kelauar dari mulutnya mengenai Utsman, bahkan ia
berdiri sebagai pembela dan memperingatkan rakyat ketika di lihatnya
persekongkolan di masa Utsman itu telah meningkat menjadi suatu pemberontakan.
Dan ketika terbetik berita ketelinganya mengenai percobaan untuk membunuh
Khalifah Utsman itu, keluarlah dari mulutnya ucapan yang terkenal:
"Sekiranya mereka membunuhnya, maka tak ada lagi orang yang sebanding dengannya yang akan mereka angkat sebagai khalifah..." Dalam pada itu, di antara kawan-kawan Ibnu Mas'ud ada yang berkata, "tak pernah saya dengar Ibnu Mas'ud mengeluarkan cercaan satu kata pun terhadap Utsman..."
"Sekiranya mereka membunuhnya, maka tak ada lagi orang yang sebanding dengannya yang akan mereka angkat sebagai khalifah..." Dalam pada itu, di antara kawan-kawan Ibnu Mas'ud ada yang berkata, "tak pernah saya dengar Ibnu Mas'ud mengeluarkan cercaan satu kata pun terhadap Utsman..."
Allah SWT telah menganugerahinya hikmah sebagaimana telah
memberinya sifat taqwa. Ia memiliki kemampuan untuk melihat yang jauh ke dasar
yang dalam, dan mengungkapnya secara menarik dan tepat.
Marilah kita dengar ucapannya yang menggambarkan kesimpulan
hidup yang istimewa dari Umar dengan kata-kata singkat tapi padat dan
mena'jubkan, katanya, "Islamnya mereka suatu kemenangan..., hijrahnya mereka
pertolongan..., sedang pemerintahannya menajdi suatu rahmat."
Berbicara tentang apa yang dikatakan orang seakrang tentang
relativitas masa, ia mengatakan, "Bagi Tuhan kalian tiada siang dan malam...!
Cahaya langit dan bumi itu bersumber dari cahayanya...!"
Ia juga berbicara tentang pekerja dan betapa pentingnya
mengangkat taraf budaya kaum pekerja ini katanya, "Saya amat benci melihat
seorang laki-laki yang menganggur tak ada usahanya untuk kepentingan dunia, dan
tidak pula untuk kepentingan akhirat."
Dan diantara kata-katanya yang bersayap ialah:
"Sebaik-baik kaya ialah kaya hati;
sebaik-baik bekal ialah taqwa;
seburuk-buruk buta ialah buta hati;
sebesar-besar dosa ialah berdusta;
sejelek-jelek uasaha ialah memungut riba;
seburuk-buruk makanan ialah memakan harta anak yatim;
siapa yang memaafkan orang akan di maafkan Allah;
dan siapa yang mengampuni orang akan diampuni Allah."
"Sebaik-baik kaya ialah kaya hati;
sebaik-baik bekal ialah taqwa;
seburuk-buruk buta ialah buta hati;
sebesar-besar dosa ialah berdusta;
sejelek-jelek uasaha ialah memungut riba;
seburuk-buruk makanan ialah memakan harta anak yatim;
siapa yang memaafkan orang akan di maafkan Allah;
dan siapa yang mengampuni orang akan diampuni Allah."
Nah, itulah gambaran singkat Abdullah bin Mas'ud sahabat Rasulullah SAW; dan itulah dia, kilasan dari suatu kehidupan besar dan perkasa yang dilalui pemiliknya di jalan Allah dan Rasul-Nya serta Agama-Nya.
Itulah dia, laki-laki yang ukuran tubuhnya seumpama tubuh
burung merpati, kurus dan pendek, hingga badannya tidak akan berapa bedanya
dengan orang yang sedang duduk. Kedua betisnya kecil dan kempes, yang tampak
ketika ia memanjat dan memetik dahan pohon arak untuk di gunakan Rasulullah SAW.
Para sahabat sama menetertawakannya ketika melihat kedua betisnya itu. Maka
bersabdalah Rasulullah SAW, "Tuan-tuan menetertawkan betis Ibnu Mas'ud ,
keduanya disisi Allah lebih berat timbangannya dari gunung Uhud!"
Memang, inilah dia orang yang berasal dari keluarga miskin,
buruh upahan, kurus dan hina, tetapi keyakinan dan keimanannya telah
menjadikannya saah seorang imam di antara imam-imam kebaikan, petunjuk dan
cahaya.
Ia telah di karunia taufiq dan ni'mat oleh Allah yang
menyebabkannya termasuk dalam golongan "sepuluh orang sahabat Rasulullah SAW
yang pertama masuk Islam," yakni orang-orang yang selagi hidupnya telah menerima
berita gembira beroleh ridla Allah SWT dan surga-Nya.
Ia telah terjun dan tak pernah absen dalam setiap perjuangan
yang berakhir dengan kemenangan di masa Rasulullah saw, begitupun di masa
Khalifah sepeninggal beliau. Dan dia turut menyaksikan dua buah imperiaum dunia
membukakan pintunya dengan tunduk dan patuh di masuki panji-panji Islam dan
ajarannya.
Disaksikannya jabatan-jabatan yang tersedia dan menunggu
orang-orang Islam yang mau mendudukinya, begitu pun harta yang tidak terkira
banyaknya bertumpuk-tumpuk di hadapan mereka, tetapi tidak satupun yang mengusik
dan melupakannya dari janji yang telah di ikrarkannya kepada Allah SWT dan
Rasul-Nya, atau merintangi dari garis hidup dan ketekunan ibadat yang di liputi
rasa khsusu' dan tawadlu'.
Dan diantar keinginan dan cita-cita hidup, tidak satupun yang
menarik hatinya kecuali sebuah, yakni yang selalu di rindukan, menjadi bauh
bibir dan senandungnya, serta menjadi angan-angan untuk mendapatkannya.
Nah, marilah kita simak, kata-kata yang ia sendiri menceritakan
hal itu kepada kita:
"Aku bangun di tengah malam, ketika itu aku mengikuti
Rasulullah SAW di perang Tabuk. Maka tampaklah olehku nyala api di pinggir
perkemahan, lalu kudekati untuk melihatnya. Kiranya Rasulullah SAW bersama Abu
Bakar dan Umar. Rupanya mereka sedang menggali kuburan untuk Abdullah
Dzulbijadain An-Muzanni yang ternyata telah wafat. Rasulullah SAW ada di dalam
lubang kubur itu, sementara Abu Bakar dan Umar mengulurkan jenazah kepadanya.
Rasulullah SAW bersabda, "Ulurkanlah lebih dekat padaku saudara tuan-tuan
itu...! Lalu mereka mengulurkan kepadanya. Dan tatkala di letakkannya di lubang
lahat, beliau berdo'a, "Ya Allah, aku telah ridla kepadanya, maka ridla'i pula
ia oleh-Mu! Alangkah baiknya sekiranya akulah yang menjadi pemilik liang kubur
itu!"
Nah, itulah dia satu-satunya cita-cita yang di harapkan dan di
angan-angankan selagi hidupnya.
Dan sebagai anda ketahui, ia tak pernah mencari kesempatan
untuk mendapatkan sesuatu untuk di kejar-kejar dan di perebutkan orang, berupa
kemuliaan, kekayaan, pengaruh atau jabatan.
Hal ini karena cita-citanya adalah cita-cita seorang tokoh yang
mendapat petunjuk dari Allah SWT memperoleh tuntutan dari Al-Qur'an, dan
menerima didikan dari Rasulullah SAW.
0 komentar :
Posting Komentar