Pada
malam musim panas, Kamal dan keluarganya biasa menyantap makanan malam mereka di
taman. Suatu malam di musim panas, ketika mereka bangkit dari meja, Kamal
melihat seberkas cahaya timbul tenggelam di antara pepohonan di sisi taman. Ia
pergi mendatangi pohon-pohon itu untuk melihat apa yang terjadi. Dilihatnya
seekor serangga terbang melintas dengan cepat. Serangga itu sangat berbeda
dengan yang biasa dilihatnya di siang hari. Serangga kali ini memancarkan
sinarnya ketika terbang.
Serangga itu berhenti terbang untuk beberapa saat, dan mendatangi
Kamal. “Halo, “ katanya. “Kamu kelihatan terkejut. Kamu sudah memperhatikan aku
cukup lama. Namaku Kunang-Kunang. Namamu siapa?”
Kunang-kunang itu mengangguk. “Kamu benar, Kamal, waktu kamu katakan
bahwa lampu menjadi sangat panas ketika memancarkan cahaya. Bola lampu
menggunakan tenaga listrik untuk menghasilkan cahaya, sebagian tenaga listrik
itu berubah menjadi panas. Itulah yang menyebabkan lampu menjadi panas. Tetapi,
kami tidak mengambil energi luar untuk cahaya yang dipancarkan oleh tubuh kami.”
Kamal
pikir ia mengerti. “Jadi, itu berarti kamu tidak menjadi panas?” ia bertanya.
“Itu betul,” kunang-kunang setuju. “Kami menghasilkan sendiri energi
kami, dan kami gunakan energi ini dengan sangat hati-hati. Itu berarti, tak
sedikitpun energi terbuang, dan energi itu tidak menghasilkan panas yang bakal
melukai tubuh kami.”
Kamal menimbang sejenak, “Wah, itu betul-betul sistem yang dipikirkan
dengan cerdik.”
“Ya,
memang,” temannya setuju. “Ketika Allah menciptakan kami, Ia merencanakan segala
sesuatu yang kami perlukan dalam kemungkinan cara yang terbaik. Ketika kami
terbang, kami mengepakkan sayap sangat cepat. Tentu saja, itu adalah pekerjaan
yang membutuhkan banyak energi. Namun karena cahaya kami tidak banyak
menggunakan energi, kami tidak punya masalah dengan itu.”
Kamal punya hal lain yang ingin ditanyakannya. “Untuk apa cahaya yang
kalian pancarkan?”
Temannya menjelaskan: “Kami menggunakannya untuk menyampaikan pesan
di antara kami, juga untuk melindungi diri kami sendiri. Ketika kami ingin
mengatakan sesuatu satu sama lain, kami berbicara dengan mengedip-ngedipkan
cahaya kami. Pada saat yang lain, kami memanfaatkannya untuk menakut-nakuti
musuh kami, dan mengusir mereka dari kami.”
Kamal sangat terkesan dengan apa yang telah dikatakan temannya pada
dirinya. “Jadi, apapun yang kamu perlukan ada di dalam tubuhmu, sehingga kamu
tidak perlu berlelah-lelah!”
“Itu
benar,” kunang-kunang setuju. “Bertentangan dengan semua upaya terbaik mereka,
para cendekiawan belum berhasil mengembangkan sebuah sistem yang persis seperti
kami miliki. Seperti yang telah kukatakan sebelumnya, Allah menciptakan kami
dengan cara yang paling indah, dan dengan cara yang paling sesuai dengan
kebutuhan kami, persis seperti semua makhluk hidup lainnya.”
Kamal tersenyum. “Terimakasih. Apa yang sudah kamu ceritakan padaku
sungguh menarik. Aku sekarang menyadari apa makna ayat yang kubaca kemarin,
“Maka, apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat
menciptakan (apa-apa)? Maka, mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?’ (Surat
an-Nahl: 17). Ketika kamu pikirkan diri sendiri, juga semua makhluk hidup yang
telah diciptakan Allah, ada banyak sekali contoh untuk diambil hikmahnya!!”
“Ya, Kamal, setiap makhluk hidup adalah bukti keutamaan seni
penciptaan Allah. Kini, kapanpun kaulihat sesuatu, kamu akan mampu
memperhatikannya. Sekarang, aku harus pergi. Tapi, jangan lupa dengan apa yang
pernah kita obrolkan!”
Kamal melambaikan tangan kepada temannya. “Senang sekali bertemu
denganmu. Mudah-mudahan aku bisa melihatmu lagi ...”
Dalam perjalanan pulang, merenungkan rancangan kunang-kunang yang
begitu menakjubkan, Kamal ingin segera memberitahu keluarganya tentang
percakapannya dengan teman kecilnya.
Ialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang
Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling Baik. Bertasbih kepadaNya
apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana. (Surat Al Hasyr: 24).
Laut
Merah terletak di antara dua gurun pasir. Tak ada sungai ataupun air segar yang
mengalir. Dengan kata lain, tidak ada pertukaran oksigen atau nitrogen.
Normalnya, laut seperti ini akan menjadi gurun tandus seperti daratan yang
mengelilinginya. Namun, di Laut Merah terdapat beranekaragam koral. Koral-koral
yang mampu hidup di tempat ini, kendati berada dalam kondisi-kondisi sulit,
dapat melakukan hal tersebut karena simbiosis (yaitu, cara hidup berdampingan
dengan makhluk hidup lainnya) yang mereka bangun dengan makhluk-makhluk lain
yang menyerupai tanaman, disebut alga (algae). Alga menyembunyikan diri dari
musuh-musuhnya di dalam karang-karang koral, dan menggunakan sinar matahari
untuk berfotosintesis. Gaya hidup yang harmonis dari kedua makhluk ini merupakan
bukti lain dari keajaiban penciptaan Allah.
0 komentar :
Posting Komentar